Sekilas.co – Di Korea Selatan, standar kecantikan yang menonjolkan kulit putih, halus, dan bebas noda masih menjadi tolok ukur utama bagi banyak perempuan. Citra kecantikan ideal ini tidak hanya tumbuh dari tradisi, tetapi juga dipelihara oleh industri hiburan dan kosmetik yang berkembang pesat di Negeri Ginseng tersebut.
Bagi masyarakat Korea, kulit putih dianggap melambangkan status sosial tinggi, kebersihan, dan kemurnian. Akar pandangan ini berasal dari masa Dinasti Joseon, ketika kaum bangsawan yang jarang bekerja di luar rumah memiliki kulit lebih cerah dibanding rakyat pekerja. Hingga kini, persepsi tersebut tetap melekat kuat dalam budaya modern Korea.
Industri kecantikan Korea atau yang dikenal dengan K beauty turut memperkuat tren tersebut. Produk perawatan kulit seperti whitening cream, brightening serum, dan masker pemutih menjadi komoditas utama yang mendominasi pasar. Brand-brand ternama seperti Innisfree, Laneige, dan Sulwhasoo berlomba menawarkan formula yang menjanjikan kulit secerah salju.
Fenomena ini juga diperkuat oleh pengaruh budaya pop Korea (Hallyu wave). Idol K pop dan aktor drama Korea sering digambarkan memiliki kulit putih bersih tanpa cela, yang kemudian menjadi panutan bagi para penggemar di seluruh dunia. Visual mereka yang sempurna menciptakan standar kecantikan baru yang sulit dijangkau bagi sebagian besar masyarakat.
Namun, di balik citra cantik yang dipromosikan, muncul pula tekanan sosial terhadap perempuan muda Korea. Banyak dari mereka merasa harus tampil sesuai dengan standar tersebut agar diterima secara sosial dan profesional. Hal ini bahkan mendorong peningkatan permintaan pada klinik kecantikan dan prosedur kosmetik noninvasif, seperti laser whitening dan skin rejuvenation.
Beberapa aktivis dan tokoh feminis Korea mulai menyuarakan kritik terhadap standar kecantikan yang dianggap terlalu sempit. Mereka berpendapat bahwa kecantikan tidak seharusnya diukur dari warna kulit, tetapi dari kepercayaan diri dan keunikan setiap individu. Kampanye seperti Escape the Corset menjadi simbol perlawanan terhadap tekanan sosial dalam dunia kecantikan.
Meski begitu, industri K-beauty justru semakin berkembang secara global. Banyak negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi pasar besar bagi produk-produk Korea yang menjanjikan kulit cerah dan halus. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh budaya kecantikan Korea telah melampaui batas geografis dan menjadi fenomena internasional.
Kini, muncul pertanyaan baru: apakah masyarakat siap mendefinisikan ulang arti kecantikan? Di tengah perubahan zaman dan meningkatnya kesadaran akan self-acceptance, generasi muda mulai belajar bahwa kecantikan sejati tidak hanya terletak pada warna kulit, tetapi juga pada kesehatan, kepercayaan diri, dan penerimaan diri sendiri.





