Sekilas.co – Di era media sosial yang serba visual, banyak wanita mulai menyadari bahwa kecantikan sejati tidak lagi sekadar soal riasan atau bentuk tubuh. Tren baru di dunia kecantikan menunjukkan pergeseran makna: beauty is a reflection of yourself kecantikan adalah cerminan diri. Fenomena ini kini menjadi gerakan global yang menekankan pentingnya keaslian, kesehatan mental, dan penerimaan diri.
Menurut survei Global Beauty Index 2025 yang dirilis oleh sebuah lembaga riset internasional, sebanyak 68 persen wanita muda di Asia Tenggara menilai bahwa rasa percaya diri dan kebahagiaan memiliki pengaruh lebih besar terhadap kecantikan dibandingkan kosmetik atau perawatan kulit semata. Hal ini membuktikan bahwa persepsi masyarakat terhadap kecantikan kini semakin beragam dan inklusif.
Pakar kecantikan dan psikolog gaya hidup, dr. Livia Ramadhani, menjelaskan bahwa kecantikan tidak dapat dipisahkan dari keseimbangan pikiran dan perasaan. Ketika seseorang merasa damai, bahagia, dan menerima dirinya, aura positif itu terpancar melalui senyum, bahasa tubuh, bahkan cara berbicara. Inilah yang disebut inner beauty, ujarnya kepada Beauty Journal Indonesia, Senin (27/10).
Tren self care dan self-love yang semakin populer di kalangan wanita Indonesia juga turut memperkuat konsep ini. Banyak orang kini beralih dari rutinitas kosmetik yang rumit ke perawatan diri yang lebih sederhana namun bermakna seperti meditasi, olahraga ringan, dan menjaga pola tidur. Semua dilakukan bukan hanya untuk tampil cantik, tapi juga untuk merasa baik dari dalam.
Media sosial turut berperan besar dalam membentuk narasi baru tentang kecantikan. Kampanye bertema Real Beauty” dari berbagai merek global mendorong perempuan untuk menunjukkan versi asli diri mereka tanpa filter atau rekayasa digital. Gaya hidup ini membuat banyak wanita lebih berani menampilkan kulit alami, rambut beruban, atau tubuh tanpa standar sempurna yang selama ini ditentukan industri.
Tak sedikit pula figur publik dan influencer yang mulai membuka diri tentang perjalanan mereka menuju penerimaan diri. Mereka berbagi kisah tentang perjuangan melawan tekanan sosial, gangguan citra tubuh, hingga perjalanan mencintai diri sendiri. Kisah-kisah tersebut menginspirasi banyak perempuan untuk berhenti membandingkan diri dan mulai menghargai keunikan masing-masing.
Di sisi lain, industri kecantikan pun beradaptasi. Banyak brand kini mengedepankan nilai keaslian, keberagaman, dan keberlanjutan (sustainability). Produk yang ramah lingkungan dan kampanye tanpa diskriminasi menjadi bagian dari strategi pemasaran baru, menunjukkan bahwa kecantikan sejati juga berhubungan dengan tanggung jawab sosial dan etika.
Pada akhirnya, beauty bukan lagi sekadar tampilan luar, melainkan refleksi dari kesehatan batin dan kepercayaan diri seseorang. Kecantikan yang abadi tidak lahir dari cermin, tetapi dari rasa syukur dan cinta terhadap diri sendiri. Seperti kata perancang legendaris Coco Chanel, Beauty begins the moment you decide to be yourself. kecantikan sejati dimulai ketika seseorang berani menjadi dirinya sendiri.





