Gaya Penulisan dan Komunikasi Cerminan Kepribadian dan Kecerdasan Berbahasa di Era Digital

foto/istimewa

sekilas.coDalam dunia modern yang serba cepat dan dipenuhi arus informasi, kemampuan berkomunikasi menjadi kunci utama dalam membangun hubungan dan membentuk persepsi publik. Namun, lebih dari sekadar kemampuan menyampaikan pesan, ada unsur penting yang sering kali menjadi pembeda antara satu individu dengan yang lain, yaitu style atau gaya dalam berkomunikasi. Style dalam konteks penulisan dan komunikasi bukan hanya tentang tata bahasa atau pilihan kata, tetapi juga tentang bagaimana seseorang membangun suasana, emosi, dan makna melalui kata-kata. Seorang penulis atau komunikator yang memiliki gaya khas biasanya mampu menyampaikan pesan dengan cara yang tidak hanya informatif, tetapi juga berkesan, menarik, dan membangun kedekatan emosional dengan pembacanya.

Secara sederhana, style dalam penulisan dan komunikasi dapat diartikan sebagai cara atau pendekatan seseorang dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan pesan melalui bahasa. Setiap individu memiliki gaya unik yang terbentuk dari pengalaman, pendidikan, budaya, serta karakter pribadinya. Dalam penulisan, style dapat mencakup pilihan diksi (kata), struktur kalimat, nada bicara, hingga penggunaan majas atau metafora. Sementara dalam komunikasi verbal, style tercermin dari intonasi suara, ekspresi wajah, gestur tubuh, serta kemampuan membaca situasi dan audiens. Dengan kata lain, style adalah identitas linguistik yang mencerminkan siapa kita dan bagaimana kita ingin dilihat oleh dunia.

Baca juga:

Dalam praktiknya, gaya penulisan dan komunikasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan konteks dan tujuan. Misalnya, gaya formal sering digunakan dalam konteks akademik, bisnis, atau pemerintahan, dengan struktur kalimat yang teratur, sopan, dan penuh ketelitian. Sementara gaya informal atau kasual lebih santai dan personal, biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari atau media sosial. Ada juga gaya persuasif, yang bertujuan membujuk atau mempengaruhi pembaca dan pendengar untuk melakukan tindakan tertentu. Di sisi lain, gaya naratif digunakan untuk menceritakan kisah, sedangkan gaya deskriptif bertujuan melukiskan suasana atau objek secara detail agar pembaca dapat  merasakan apa yang ditulis. Seorang penulis atau pembicara yang baik akan menyesuaikan gayanya dengan konteks, audiens, dan tujuan komunikasi.

Gaya penulisan dan komunikasi bukan hanya alat penyampai pesan, tetapi juga refleksi dari kepribadian dan nilai-nilai seseorang. Misalnya, gaya penulisan yang ringkas dan lugas mencerminkan seseorang yang rasional, efisien, dan tidak bertele-tele. Sebaliknya, gaya yang puitis dan emosional mungkin menunjukkan pribadi yang sensitif, kreatif, dan reflektif. Dalam konteks profesional, gaya komunikasi bisa menjadi pembeda antara pemimpin yang karismatik dengan yang otoriter. Gaya yang tenang, terbuka, dan empatik cenderung membangun kepercayaan, sementara gaya yang kaku dan tertutup bisa menimbulkan jarak dengan audiens. Oleh karena itu, memahami gaya pribadi dan menyesuaikannya dengan konteks sosial menjadi bagian penting dari kecerdasan komunikasi.

Era digital membawa perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi. Platform seperti media sosial, blog, dan aplikasi pesan instan membuat gaya penulisan menjadi lebih fleksibel dan dinamis. Jika dulu penulisan formal mendominasi surat dan dokumen resmi, kini gaya komunikasi yang ringan, cepat, dan interaktif lebih disukai oleh generasi muda. Penggunaan emoji, singkatan, dan gaya bahasa gaul menjadi bagian dari evolusi gaya komunikasi modern. Namun, perubahan ini juga menghadirkan tantangan: bagaimana tetap menjaga kejelasan, etika, dan kesantunan dalam komunikasi digital yang serba cepat? Di sinilah pentingnya keseimbangan antara kreativitas dan tanggung jawab berbahasa agar pesan tetap efektif tanpa kehilangan nilai kesopanan dan profesionalisme.

Dalam dunia kerja dan bisnis, gaya penulisan dan komunikasi memainkan peran strategis dalam membangun citra dan kredibilitas profesional. Misalnya, email kerja yang ditulis dengan gaya profesional, sopan, dan efisien akan menimbulkan kesan positif dibandingkan pesan yang asal-asalan. Begitu pula dengan presentasi atau laporan, gaya penyampaian yang jelas, terstruktur, dan meyakinkan dapat memperkuat reputasi seseorang di mata kolega maupun klien. Oleh karena itu, setiap profesional perlu mengasah kemampuan menulis dan berbicara dengan gaya yang sesuai dengan bidangnya. Tidak hanya tentang  apa yang dikatakan , tetapi juga  bagaimana cara mengatakannya . Dalam komunikasi bisnis, gaya penulisan yang efektif mampu mengubah kata menjadi kepercayaan, dan kepercayaan menjadi kerja sama yang berkelanjutan.

Setiap orang memiliki gaya komunikasi yang khas, tetapi untuk menemukannya membutuhkan proses eksplorasi dan kesadaran diri. Langkah pertama adalah memahami kepribadian sendiri apakah kita cenderung logis atau emosional, tenang atau ekspresif. Setelah itu, penting untuk belajar dari berbagai sumber membaca tulisan orang lain, mendengarkan pembicara hebat, dan memperhatikan bagaimana mereka memilih kata serta menyusun kalimat. Dari sana, seseorang dapat mulai mengadaptasi unsur-unsur yang cocok dengan dirinya hingga akhirnya menemukan gaya yang otentik. Gaya pribadi yang matang bukan berarti kaku; justru harus fleksibel dan mampu beradaptasi tanpa kehilangan karakter inti. Di sinilah letak keindahan komunikasi setiap orang bisa berbeda, tetapi tetap saling terhubung melalui bahasa.

Pada akhirnya, style dalam penulisan dan komunikasi bukan sekadar tentang estetika bahasa, melainkan seni menyeimbangkan isi dan bentuk, logika dan emosi, serta pesan dan penerimaan. Dalam era digital di mana kata-kata beredar dengan cepat, gaya komunikasi yang baik dapat menjadi kekuatan yang membedakan antara mereka yang sekadar berbicara dengan mereka yang benar-benar didengar. Gaya penulisan yang efektif mampu menyentuh pikiran sekaligus hati, membangun kepercayaan, dan menciptakan pengaruh positif. Oleh karena itu, menguasai gaya komunikasi bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga wujud dari kedewasaan berpikir dan kepekaan terhadap manusia lain. Dengan memahami dan mengasah gaya penulisan serta komunikasi, kita tidak hanya menjadi komunikator yang baik, tetapi juga pribadi yang mampu menyampaikan nilai dan makna dengan cara yang berkesan.

 

Artikel Terkait