Sekilas.co – Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan dominasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari, muncul fenomena baru yang kini menjadi sorotan para ahli kesehatan mental sosial digital. Istilah ini menggambarkan kondisi mental seseorang yang dipengaruhi langsung oleh interaksi digital, seperti media sosial, pesan instan, dan platform daring lainnya.
Media sosial yang awalnya dirancang untuk menghubungkan orang, kini juga menjadi sumber tekanan psikologis, terutama bagi generasi muda. Paparan konten yang sempurna, budaya perbandingan hidup, hingga komentar negatif dapat memicu kecemasan, stres, bahkan depresi. Pakar psikologi digital, Dr. Aditya Rahman, menyebutkan bahwa remaja saat ini menghadapi tantangan kesehatan mental yang jauh berbeda dibandingkan satu dekade lalu.
“Bukan hanya masalah ‘main HP terlalu lama’, tapi lebih dalam seperti perasaan tidak cukup baik karena membandingkan diri dengan orang lain di internet, ujar Dr. Aditya dalam diskusi publik bertajuk Digital Mind, Digital World di Jakarta. Ia menambahkan bahwa penggunaan media sosial yang tidak sehat dapat mengganggu pola tidur, mengurangi produktivitas, dan menurunkan rasa percaya diri.
Fenomena FOMO Fear of Missing Out , atau rasa takut tertinggal dari tren, juga semakin meningkat. Banyak orang merasa harus terus online agar tidak ‘ketinggalan informasi’, meski berdampak negatif pada kondisi psikologis. FOMO membuat seseorang sulit lepas dari gawai dan rentan mengalami kelelahan digital (digital burnout).
Tak hanya itu, cyberbullying atau perundungan secara daring menjadi ancaman nyata bagi kesehatan mental. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2025 menunjukkan peningkatan 27% laporan kasus cyberbullying dibanding tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa ruang digital yang seharusnya netral bisa menjadi tempat penuh tekanan bagi sebagian pengguna.
Pentingnya literasi digital dan pengelolaan waktu online menjadi kunci utama untuk menjaga kesehatan mental sosial digital. Beberapa psikolog menyarankan penggunaan teknik digital detox, yaitu membatasi waktu penggunaan media sosial secara rutin untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional.
Kampanye kesehatan mental pun mulai gencar dilakukan di platform-platform digital. Sejumlah influencer dan tokoh publik turut menyuarakan pentingnya self awareness, batasan digital, dan berbagi pengalaman pribadi sebagai bentuk edukasi. Tagar seperti MentalHealthMatters, LogOutToCheckIn, dan SadarDigital ramai digunakan sebagai bentuk dukungan kolektif.
Di era serba digital ini, menjaga kesehatan mental tak kalah penting dari menjaga kesehatan fisik. Penggunaan teknologi yang bijak, disertai kesadaran diri dan empati terhadap orang lain di dunia maya, menjadi fondasi kuat untuk membangun generasi yang sehat secara sosial digital.





