Dalam dunia musik dan hiburan, istilah style tidak sekadar merujuk pada cara berpakaian atau tampilan visual. Lebih jauh, style adalah identitas yang mencakup karakter suara, genre, performa panggung, hingga cara seorang artis berinteraksi dengan penggemarnya. Setiap musisi dan entertainer memiliki style masing masing yang membedakan mereka dari nama besar lainnya. Dari gaya flamboyan David Bowie hingga kesederhanaan Ed Sheeran, style menjadi ciri khas yang tak hanya memengaruhi karier, tetapi juga melekat dalam ingatan publik.
Para pakar musik menilai bahwa style adalah bentuk komunikasi non verbal yang efektif dalam membangun citra seorang artis. Seorang penyanyi rock, misalnya, tidak hanya dikenal dari lantunan gitarnya, melainkan juga dari rambut panjang, jaket kulit, dan energi liar di atas panggung. Sementara itu, bintang pop Korea mengandalkan koreografi seragam, kostum penuh warna, dan visual yang dirancang detail untuk menciptakan kesan spektakuler. Semua elemen ini dirangkai untuk memperkuat identitas musikal yang ingin ditampilkan.
Di Indonesia, style dalam musik dan hiburan juga berkembang pesat. Dari era Rhoma Irama yang dikenal dengan dandanan mencolok dan gitar khas, hingga Agnes Monica dengan konsep internasional yang penuh energi, style selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan mereka. Belakangan, musisi muda seperti Pamungkas atau Nadin Amizah hadir dengan style minimalis namun intim, yang dekat dengan pengalaman personal para pendengarnya. Keberagaman style ini menunjukkan bahwa dunia hiburan Tanah Air semakin kaya dan berlapis.
Fenomena globalisasi turut memengaruhi pergeseran style dalam musik dan hiburan. Artis artis kini tidak hanya mengandalkan pasar lokal, tetapi juga menyesuaikan diri dengan standar internasional. Kolaborasi lintas negara membuat percampuran style semakin terasa, seperti bagaimana unsur K Pop merasuk ke pasar global atau bagaimana musik Latin meraih popularitas lewat reggaeton. Hasilnya, style dalam musik kini lebih cair, dinamis, dan adaptif terhadap selera audiens global.
Media sosial berperan besar dalam memperkuat style para artis. Platform seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube bukan hanya tempat promosi, melainkan juga ruang ekspresi style yang lebih personal. Seorang musisi bisa membagikan gaya berpakaian sehari-hari, rutinitas latihan, hingga potongan lagu akustik yang berbeda dari versi studio. Hal ini menciptakan kedekatan emosional antara artis dan penggemar, sekaligus menegaskan bahwa style bukan hanya performa di panggung, melainkan juga keseharian yang dikurasi dengan cermat.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa style juga sering kali menjadi alat komersialisasi. Industri hiburan kerap membentuk image seorang artis dengan sengaja, demi menjawab kebutuhan pasar. Gaya rebel seorang bintang rock atau aura glamor diva pop sering kali diciptakan lewat strategi manajemen dan branding, bukan semata mata pilihan personal. Hal ini memunculkan perdebatan apakah style benar benar mencerminkan jati diri seorang artis, atau sekadar produk industri hiburan yang dikemas untuk dijual.
Meski demikian, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa style memiliki pengaruh besar terhadap budaya populer. Lagu dengan lirik kuat bisa saja bertahan lama, tetapi style visual dan performa yang unik sering kali membuat artis lebih mudah dikenang. Contoh paling jelas adalah Michael Jackson dengan moonwalk dan kostum ikoniknya, atau Lady Gaga dengan gaun daging yang sempat menghebohkan dunia. Style seperti ini melampaui musik dan menjadi bagian dari sejarah hiburan global.
Pada akhirnya, style dalam musik dan hiburan adalah kombinasi antara ekspresi diri, strategi industri, dan resonansi budaya. Ia mampu membentuk identitas, memengaruhi tren, sekaligus menjadi jembatan antara artis dan audiens. Meskipun tren selalu berubah, style yang autentik akan selalu meninggalkan jejak panjang. Dunia hiburan akan terus melahirkan berbagai style baru, tetapi hanya mereka yang mampu menyeimbangkan antara kreativitas dan kejujuran artistik yang akan bertahan di hati penonton.





