sekilas.co – Dalam dunia literasi dan komunikasi, gaya penulisan (writing style) bukan sekadar cara seseorang menulis, melainkan bentuk ekspresi diri yang mencerminkan karakter, emosi, dan sudut pandang penulis terhadap dunia di sekitarnya. Setiap orang yang menulis memiliki gaya tersendiri ada yang lugas, puitis, formal, informatif, bahkan penuh humor. Gaya penulisan inilah yang membedakan karya satu penulis dengan penulis lainnya, sekaligus menjadi ciri khas yang membuat tulisannya mudah dikenali. Dalam konteks yang lebih luas, writing style bukan hanya tentang pemilihan kata atau struktur kalimat, melainkan tentang suara (voice) dan jiwa yang tertanam dalam setiap paragraf. Seorang penulis sejati tidak hanya menyusun kata-kata, tetapi juga membangun hubungan emosional dengan pembacanya melalui gaya yang khas dan autentik.
Setiap tulisan, baik itu artikel, novel, puisi, atau bahkan postingan media sosial, memiliki gaya penulisan yang berbeda sesuai dengan tujuan dan audiensnya. Misalnya, seorang jurnalis akan memilih gaya penulisan yang objektif, informatif, dan ringkas karena tujuannya untuk menyampaikan fakta. Sebaliknya, seorang novelis akan menonjolkan gaya naratif dan emosional untuk membawa pembaca larut dalam cerita. Penulis akademik akan menulis dengan gaya formal dan berbasis data, sementara blogger lifestyle mungkin lebih santai, komunikatif, dan bersahabat. Dari sini, terlihat bahwa writing style tidak hanya mencerminkan kepribadian penulis, tetapi juga merupakan strategi komunikasi yang disesuaikan dengan konteks dan tujuan tulisan tersebut.
Secara umum, terdapat beberapa jenis gaya penulisan yang paling dikenal, yaitu naratif, deskriptif, ekspositori, dan persuasif.
Gaya naratif digunakan untuk menceritakan kisah atau pengalaman dengan alur dan tokoh yang jelas. Contohnya dapat ditemukan pada novel, cerpen, atau autobiografi.
Gaya deskriptif berfokus pada penggambaran detail suatu objek, tempat, atau perasaan sehingga pembaca dapat membayangkan secara visual.
Gaya ekspositori digunakan untuk menjelaskan suatu topik secara objektif dan informatif, biasanya pada artikel ilmiah, laporan, atau berita.
Sementara gaya persuasif digunakan untuk memengaruhi pembaca agar mengikuti pendapat atau ajakan tertentu, seperti pada iklan atau editorial.
Masing-masing gaya ini memiliki struktur, diksi, dan ritme yang berbeda, namun bisa dikombinasikan untuk menciptakan tulisan yang lebih menarik dan berkarakter.
Salah satu elemen penting dalam writing style adalah diksi atau pemilihan kata. Kata-kata yang dipilih penulis akan menentukan nuansa emosional dan tingkat formalitas dalam tulisan. Misalnya, penggunaan kata aku dan kamu menciptakan suasana personal dan intim, sementara saya dan Anda terkesan lebih formal dan profesional. Diksi yang tepat juga dapat membangun citra tertentu bahasa yang kaya metafora mencerminkan kepekaan sastra, sedangkan bahasa yang langsung dan to the point menunjukkan kejelasan dan efisiensi berpikir. Selain diksi, aspek seperti struktur kalimat, tanda baca, dan ritme paragraf juga turut membentuk gaya penulisan seseorang. Penulis dengan gaya cepat dan singkat akan cenderung menulis kalimat pendek-pendek yang dinamis, sedangkan penulis reflektif biasanya lebih suka kalimat panjang yang berisi pemikiran mendalam.
Tak hanya dalam karya sastra, gaya penulisan juga berperan penting dalam dunia digital modern. Di era media sosial dan konten daring, writing style menjadi salah satu elemen utama untuk menarik perhatian pembaca. Artikel yang ditulis dengan gaya ringan dan interaktif akan lebih mudah diterima di platform seperti blog, TikTok, atau Instagram dibandingkan gaya akademik yang terlalu kaku. Penulis konten profesional bahkan belajar menyesuaikan gaya mereka dengan algoritma dan audiens digital: bagaimana membuat kalimat pertama yang menarik, bagaimana menulis paragraf pendek agar nyaman dibaca di layar, dan bagaimana menjaga tone agar tetap konsisten dengan citra merek atau platform. Dengan kata lain, writing style di era digital bukan sekadar alat ekspresi, tapi juga strategi branding pribadi yang membedakan satu penulis dengan ribuan lainnya di dunia maya.
Menemukan gaya penulisan yang khas tidak terjadi dalam semalam. Banyak penulis pemula meniru gaya tokoh favorit mereka misalnya, menulis seperti Ernest Hemingway yang ringkas dan kuat, atau seperti Haruki Murakami yang puitis dan introspektif. Namun, seiring waktu, penulis akan menemukan voice mereka sendiri, sebuah gaya alami yang tumbuh dari pengalaman, emosi, dan cara berpikir pribadi. Proses ini membutuhkan latihan terus-menerus, keberanian untuk bereksperimen, dan kesadaran terhadap diri sendiri. Seorang penulis yang sudah menemukan gaya pribadinya biasanya memiliki konsistensi dalam cara bercerita, bahkan ketika temanya berbeda. Gaya inilah yang membuat pembaca bisa berkata, Ah, ini pasti tulisannya dia,tanpa harus melihat nama penulisnya.
Selain mencerminkan identitas, writing style juga berperan dalam membangun kepercayaan dan koneksi dengan pembaca. Gaya yang jujur, hangat, dan tulus akan membuat pembaca merasa dekat, seolah sedang berbicara langsung dengan penulis. Sebaliknya, gaya yang terlalu berjarak dan dingin bisa membuat tulisan terasa kaku dan sulit diikuti. Dalam dunia profesional, gaya penulisan yang konsisten dan sesuai konteks dapat meningkatkan kredibilitas, baik dalam laporan bisnis, konten pemasaran, maupun karya ilmiah. Artinya, gaya penulisan yang tepat tidak hanya membuat tulisan enak dibaca, tetapi juga efektif dalam menyampaikan pesan dan mencapai tujuan komunikasi. Di sinilah kekuatan sejati dari writing style: bukan hanya soal estetika, tetapi tentang kemampuan menyentuh dan memengaruhi pikiran pembaca.
Pada akhirnya, writing style adalah cerminan dari pikiran, kepribadian, dan jiwa seorang penulis. Ia berkembang seiring waktu, sejalan dengan pengalaman hidup dan perubahan cara pandang. Dalam dunia yang dipenuhi informasi cepat dan serba instan seperti sekarang, menemukan gaya penulisan yang autentik menjadi salah satu bentuk keaslian yang paling berharga. Karena di tengah jutaan tulisan yang serupa, pembaca akan selalu mencari suara yang jujur, manusiawi, dan penuh makna. Maka dari itu, menulis bukan hanya tentang menghasilkan kata-kata, tetapi tentang menghadirkan diri sendiri di antara baris-baris yang kita ciptakan dengan gaya yang unik, khas, dan tak tergantikan.
Gaya penulisan tidak hanya berbicara tentang teknik atau aturan bahasa, tetapi juga tentang jiwa dan karakter di balik tulisan. Ia adalah tanda tangan emosional penulis yang melekat dalam setiap karya, baik itu tulisan pendek di media sosial maupun novel berhalaman ratusan. Dalam dunia literasi modern, kemampuan menulis dengan gaya yang jelas, konsisten, dan autentik adalah kekuatan utama untuk membangun pengaruh dan koneksi dengan pembaca. Jadi, temukan gaya penulisanmu, asah terus dengan ketulusan, dan biarkan setiap kata yang kamu tulis menjadi cerminan terbaik dari siapa dirimu sebenarnya.





